kemarin, setelah keluar dari ruang kelas kuliahku di kampus ini, aku berjalan menuju ruang makan dengan seorang kakak tingkat (cewek).
berikut percakapannya...
aku: "habis kuliah apa?"
ia: "kepercayaan dunia.."
aku: "wuzz... mata kuliah seru tuh"
ia: "iya, bisa2 pindah agama gara2 kuliah ini.."(klo ga salah, ngomongnya begini, klo salah, maaf ya..)
aku: "walah2, jangan2 jadi universalis nanti??"
ia:" gak dong, aku kan orang injili, konservatif, dan, hampir2 fundamentalis.."
aku: "wuz, ngeri! berarti gak cocok donk denganku? aku liberal lho?"
ia: "busyet! opo ae!"
aku : "hahahaha, gak2, becanda, aku masih ortodoks kok.."
obrolan kami terhenti karena kami sudah mencapai ruang makan...
akh, kawan,
lihatlah, sampai sekarang di dalam keberadaanku yang sudah semester tiga ini, aku masih terus-menerus tak memiliki identitas berteologi yang menentu. aku mengatakan ortodoks, konservatiif, namun nyata2nya aku skeptis terhadap banyak hal di dalam pengajarannya, sehingga hampir2 liberal..
bersama kawan yang cukup banyak share saja aku barangkali masih dianggap 'orang aneh', kenapa sih terus menerus mencari identitas teologi? kenapa gak langsung percaya calvinisme saja?
kawan, sejatinya, aku mencari, karena aku memang dilahirkan untuk mencari..
kini, identitas teologilah yang aku cari.. bukan karena kemauanku, tapi karena Tuhan yang mau melakukan 'sesuatu'..
doakan aku ketika engkau membaca tulisan ini, agar ketika nanti aku ngobrol dengan seseorang lagi, aku bisa berkata dengan jelas, apa identitas teologiku? calvin? Barthian? or malah gak percaya teologi???
A major new article on the Distigmai in Codex Vaticanus
-
Just in time for Christmas:
Nehemia Gordon, Patrick Andrist, Oliver Hahn, Pavlos D. Vasileiadis, Nelson
Calvillo, and
Ira Rabin, ‘Did the Original Scri...
4 days ago
No comments:
Post a Comment