belakangan, dalam kehidupan berteologi ada banyak yang mengusik..
salah satunya tema lama, yang seharusnya sudah selesai digumulkan, yaitu ineransi Kitab Suci..
kawan, asal tahu saja sejak semester 2 aku sudah tak memakai lagi doktrin ini dalam struktur teologiaku, sama sekali tidak. alasannya sederhana (1) doktrin ini adalah anak jaman modern, dipakai orang fundamentalis untuk melawan kritik2 dari liberalisme, dengan berusaha menunjukkan ketidakbersalahan alkitab dan otoritasnya. bagiku yang orang posmodern, doktrin ini sudah usang dan tidak layak pakai. (2) mengenai posisi Alkitab, otoritasnya pada orang percaya, memang mulanya aku sedikit kesulitan tentang hal tersebut setelah menolak doktrin ineransi. namun dibubuhi pemikiran Barth dan Grenz, aku temukan jawaban: otoritas Alkitab terdapat di dalam kesaksian Roh Kudus di dalam hati orang percaya yang membacanya. Karena itu, mengikuti Grenz, semestinya sehabis bibliologi doktrin yang paling tepat untuk diajarkan adalah pneumatologi.
namun, beberapa waktu terakhir posisi ini ditantang kembali. Beberapa waktu lalu ada anak tingkat 1, yang bertanya, gimana ya mengcounter pandangannya Barthian bahwa Alkitab bukan firman Allah, dsb2. Wah, tentu saja aku langsung minta maaf dan bilang: wah, anda salah tanya! dalam hal bibliologi, saya Barthian sekali. mungkin anda nanyanya ke orang lain, yang injili deh ya?
Kemudian, sehari berikutnya, ada kakak2 tingkat yang sedang diskusi masalah yang sama (mereka baru saja kuliah islamologi, dosennya pendeta GKJW, dan bilang di kelas: Alkitab itu kesaksian terhadap firman Allah). kemudian, salah seorang kawan, bertanya kepadaku, menurutmu Alkitab firman Allah bukan? spontan saja, tanpa pikir panjang, aku bilang: yah bukanlah. cuman buku biasa, kesaksian iman kepada firman Allah di jaman baheula. Wuz,. padahal ada ciemey2 cantik disitu. Sejak saat itu, nampak2nya aku semakin dituduh liberal, sesat, kiri, dan tidak layak untuk belajar disini.
memang barangkali tepat kata2 daripada Rektorku kepada orang-orang yang ngaku reformed tapi ndak percaya sola scriptura di salah satu artikelnya, mengenai doktrin sola scriptura: in my heart, i have never been a reformed pastor/theological students..
Huh! gimana nih? klo aku begini terus kapan dapat pacarnya??
hahaha...tapi, aku tidak peduli.
hari ini aku membaca tulisan slah satu kawan alumnus mahasiswa di tempat ini, seorang erantis! dia menolak doktrin ineransi dengan alasan yang sangat masuk akal (1) tidak ada naskah asli yang dapat membuktikan ineran/eran (2) doktrin ineran menghasilkan bibliologi doketik, yang malah menurunkan otoritas alkitab itu sendiri dan otoritas alkitab malah berdasarkan doktrin tersebut. (3) sejarah membuktikan bahwa doktrin ineransi bukan doktrin utama kaum reformed/injili, termasuk juga Calvin dan Luther (mengenai alasan sejarah, aku juga sudah menemukannya semester lalu!) (4) ineransi adalah doktrin yang mengadopsi filosofi platonian, lihat saja idenya! sangat tajam bukan???
solusi bagi otoritas Alkitab yang diberikan kawan ku itu adalah karena memang Alkitab berotoritas pada dirinya sendiri, tidak perlu ditambahkan dengan doktrin ineransi, tapi bagaimana Alkitab itu hadir dalam komunitas orang beriman!
dengan tulisan kawanku tersebut, aku semakin diteguhkan, untuk menjadi seorang erantis!!! yang sangat Barthian sekali..
ini adalah awal, awal untuk membangun teologi yang aku sebut post-evangelical! berani menantang jaman pascamodern melalui pengenalan terhadap Kitab Suci! juntaksposisi alkitab dan jaman ini, kata kawanku tersebut!
kini, dengan pemahaman sebagaimana diatas, aku semakin berusaha menundukkan diri kepada Kitab Suci, semakin berusaha untuk memperdalam Latar Belakang, dan alat2 tafsiran lain, seperti gramatikal dan linguistik. kemudian, aku juga berusaha agar teologi yang aku hasilkan juga dapat menjawab permasalahan2 gereja dan kontemporer di dunia ini. Dengan itu, aku membuktikan bahwa Alkitab dengan sendirinya telah benar2 menjadi berotoritas di dalam hidupku..
akh! entah, kapan aku punya pacar??
A major new article on the Distigmai in Codex Vaticanus
-
Just in time for Christmas:
Nehemia Gordon, Patrick Andrist, Oliver Hahn, Pavlos D. Vasileiadis, Nelson
Calvillo, and
Ira Rabin, ‘Did the Original Scri...
4 days ago